31 July 2018

Tentang IBU

Ibu... kata yang singkat tapi mengandung makna luas yang apabila diuraikan akan tersaji kisah yang sangat panjang tentang pengorbanan, penderitaan, kasih sayang, kelembutan, kebijaksanaan dan masih banyak lagi sifat-sifat baik yang tak mungkin untuk di bahasakan di tulisan ini...

Seseorang yang diamanahkan oleh Allah tugas untuk mengurus kita dari titik Nol hingga ke derajat yang dimana kita mampu untuk berdiri sendiri...

Titik yang diawali dengan kegembiraan tentang berita kehadiran seorang bayi yang harus dihiasi dengan  penderitaan selama 9 bulan....
Sensitif terhadap bau, makanan yang harus di seleksi yang di ikuti oleh muntahan yang keluar dari perutmu, sehingga makanan yang masuk bukannya mengenyangkan tapi malah menguras semua isi perutnya sehingga wajahnya tampak pucat pasi,letih,terpuruk,pasrah  serta turunnya berat badan yang terkadang ..ia tak nampak lagi seperti manusia tapi seperti tengkorak berjalan dengan beban berat di perutnya selama 9 bulan..itulah ibu !

Meregang nyawa antara hidup dan mati, antara rasa sakit dan bahagia menanti kehadiran bayinya....
Padahal bayi itulah yang membuatnya menderita selama 9 bulan..Tapi Allah masukkan rasa kasih sayang kedalam hatinya..Allah hilangkan semua kesusahannya selama ini..hanya dengan menatap dan mengendong bayinya..itulah ibu !

Tak ada dendam dalam hatinya kepada bayi yang menyusahkannya selama 9 bulan... Tapi terlahirnya sang bayi seakan berkata selamat datang penderitaan sesi kedua untukmu wahai ibu...!
Akan ada lagi masa 13 tahun untukmu wahai ibu...masa di mana kau harus berjuang sampai titik kesabaranmu...bahkan terkadang melampaui batas limit kesabaranmu...untuk anakmu.

Ingatlah wajah ibumu...bayangkan bagaimana penderitaannya untukmu, kesusahannya untukmu, kearifannya untukmu dan kesabarannya untukmu... sampai kau berdiri dihadapannya dengan angkuh...tanpa menghiraukan raut wajahnya yang mulai keriput..

Tak ada belaian untukmu wahai ibu.. tak ada belaian seperti engkau membelai aku waktu bayi dulu..
Tak ada kecupan kasih sayang untukmu wahai ibu..tak ada kecupan seperti engkau mengecup kening kami anakmu..
Tak ada kasih sayang untukmu wahai ibu..tak ada kasih sayang seperti kasih sayangmu kepadaku...
Tak ada doa untukmu wahai ibu..tak ada doa seperti doa-doamu kepada kami dahulu...
Tak ada waktu untukmu wahai ibu..tak ada waktu seperti waktu yang kau berikan kepada kami..
Engkau telah terlupakan wahai ibu...!

Yang ada hanya perempuan tua yang terkadang menjadi pembantu di rumah anakmu sendiri..
bahkan tak jarang kau pun di bentak, disalahkan bahkan disepelekan...oleh kami anakmu sendiri...

Tapi kau tetap mendoakan kami walau dengan hati yang hancur  berkeping-keping disertai tetesan air matamu...
Tapi tatkala engkau mendengar kami sakit..engkaulah yang pertama datang kepada kami..dengan senyumanmu..
Tapi tak ada sedikitpun dendam dalam hatimu..wahai ibu!
itulah ibu....

Semoga kami bisa bersimpuh dihadapanmu wahai ibu..bersimpuh  dengan penuh penghormatan kepadamu..
Semoga kami bisa menyenangkanmu wahai ibu...walaupun itu tak mampu membalas kasih sayangmu..
Semoga kami bisa membuatmu tersenyum wahai ibu.. senyum kebahagian di raut wajahmu yang telah menua...

Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhari).

Mengenai kisah Uwais Al Qorni yang sampai-sampai sahabat Nabi sekelas Umar bin Khathab radhiallahu’anhu dan yang lainnya dianjurkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam untuk menemui Uwais. Hal ini disebabkan begitu hebatnya baktinya kepada ibunya. Nabi bersabda:“sesungguhnya tabi’in yang terbaik adalah seorang lelaki bernama Uwais, ia memiliki seorang ibu, dan ia memiliki tanda putih di tubuhnya. Maka temuilah ia dan mintalah ampunan kepada Allah melalui dia untuk kalian” (HR. Muslim)

"Dari Al-Mughirah bin Syu’ban r.a. ia berkata, Nabi Saw telah bersabda: “Sungguh Allah ta’ala mengharamkan kalian durhaka kepada ibu, menolak kewajiban, meminta yang bukan haknya dan mengubur hidup-hidup anak perempuan. Allah juga membenci orang yang banyak bicara, banyak pertanyaan dan menyia-nyiakan harta.” (H.R.Bukhari).

Dari Abi Burdah, ia melihat Ibnu ‘Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar Ka’bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang yaman itu bersenandung, إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُـذِلَّلُ – إِنْ أُذْعِرْتُ رِكَابُهَا لَمْ أُذْعَرُ 
Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh. Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.
Orang itu lalu bertanya kepada Ibn Umar, “Wahai Ibnu Umar, apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab, “Engkau belum membalas budinya, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.”

“Seseorang datang kepada Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Aku akan berbai’at kepadamu untuk berhijrah, dan aku tinggalkan kedua orang tuaku dalam keadaan menangis.” Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan buatlah keduanya tertawa sebagaimana engkau telah membuat keduanya menangis.” (Shahih : HR. Abu Dawud, Baihaqi, Al Hakim). 

“Sesungguhnya Allah berwasiat 3x kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ayah kalian, sesungguhnya Allah berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada kerabat yang paling dekat kemudian yang dekat” (HR. Ibnu Majah, shahih dengan syawahid-nya).

“Dari Ibnu ‘Abbas, ada seorang lelaki datang kepadanya, lalu berkata kepada Ibnu Abbas: saya pernah ingin melamar seorang wanita, namun ia enggan menikah dengan saya. Lalu ada orang lain yang melamarnya, lalu si wanita tersebut mau menikah dengannya. Aku pun cemburu dan membunuh sang wanita tersebut. Apakah saya masih bisa bertaubat? Ibnu Abbas menjawab: apakah ibumu masih hidup? Lelaki tadi menjawab: Tidak, sudah meninggal. Lalu Ibnu Abbas mengatakan: kalau begitu bertaubatlah kepada Allah dan dekatkanlah diri kepadaNya sedekat-dekatnya. Lalu lelaki itu pergi. Aku (Atha’) bertanya kepada Ibnu Abbas: kenapa anda bertanya kepadanya tentang ibunya masih hidup atau tidak? Ibnu Abbas menjawab: aku tidak tahu amalan yang paling bisa mendekatkan diri kepada Allah selain birrul walidain” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya shahih). 

Wallahu A'lam.

Mintahlah Kepada PemilikNya

Pengajian telah berlangsung beberapa lama waktunya..petuah-petuah dan nasehat agama telah keluar dari lisan Tuan Guru.
Semua santri mendengarkan dengan seksama apa yang di ucapkan oleh Tuan Guru..sehingga suasana menjadi hening.

Dalam keheningan tiba-tiba terdengar suara "Assalamu alaikum"
semua santri memalingkan wajahnya kearah suara dan menjawab"Alaikum salam" membuat suasana pengajian agak sedikit terganggu oleh suara itu.

Rupanya si Hasan lagi-lagi terlambat datang ke pengajian Tuan Guru...maka duduklah si Hasan di deretan shaf terbelakang.
Sejenak Tuan Guru menghentikan pengajiannya lalu berpaling kepada si Hasan sambil berkata" Ya, Hasan kuperhatikan engkau hampir selalu terlambat datang ke pengajianku?"
"Apa sebenarnya yang terjadi sehingga membuatmu sering terlambat?" Tanya Tuan Guru kepada Si Hasan.

Mendapat teguran dari Tuan Guru si Hasan sedikit gugup sambil berkata "Maaf, Tuan Guru sebenarnya saya cepat berangkat dari rumah tapi ada kendala dalam perjalanan menuju tempat ini".
"Apa kendalanya ya, Hasan" tanya Tuan Guru balik.
"Begini ya,Tuan Guru kalau saya hendak kemari maka saya harus melintasi sebuah kebun yang didalamnya terdapat beberapa ekor Anjing penjaga kebun" kata Hasan.
"Maka setiap saya melintas anjing-anjing itu terus menyalak dan menganggu saya sehingga saya terlambat datang ke pengajian ini" lanjut si Hasan.

Tuan Guru terdiam sejenak sambil mengangguk-anggukkan kepalanya seraya berkata "lalu apa yang kau lakukan untuk mengatasi anjing-anjing itu".
"Maka saya mengambil batu dan melempari anjing-anjing itu" jawab Hasan kepada Tuan Guru.
"Terus kalau anjingnya datang lagi, apa yang kau lakukan ya, Hasan?" tanya Tuan Guru lagi sambil tersenyum.
Hasan kembali menjawab "aku akan mencari batu lagi untuk melemparinya".
"Kalau anjingnya datang lagi, bagaimana?" tanya Tuan Guru dengan tenang.
"Kulempar lagi...sampai anjing itu tak datang-datang lagi" jawab Hasan lagi.
Kemudian Tuan Guru menarik nafasnya dengan perlahan sambil berkata "Terus esoknya bagaimana ya, Hasan?".
"Kembali seperti itu ya,Tuan Guru" jawabnya lagi.

Mendengar hal itu Tuan Guru tersenyum sambil berkata "ya, Hasan apa yang kau lakukan itu bukanlah tindakan yang bijaksana".
"Andai saja kau menemui pemilik anjing-anjing itu dan menceritakan keadaanmu serta memintanya untuk mengikat anjingnya-anjingnya tentulah permasalahaanmu akan terselesaikan" nasehat Tuan Guru kepada Hasan. 
"Dan kau tak perlu repot-repot untuk berhadapan terus-menerus dengan anjing-anjing itu tiap hari, karena pemiliknya telah mengikat anjing-anjingnya" lanjut nasehat Tuan Guru kepada Hasan

"Bukankah demikian, wahai hasan!" seru Tuan Guru kepada Hasan.
Mendengar nasehat itu Hasan mangut-mangut bertanda bahwa dia paham telah ada solusi untuk permasalahaannya.

"Disinilah kesalahpahaman yang sering terjadi dewasa ini di tengah-tengah umat islam, kita terlalu sibuk dengan permasalahan-permasalahan hidup kita tapi lupa kepada yang mendatangkan permasalahan dan yang bisa menyelesaikan masalah tanpa masalah yaitu Allah Subhanah Wa Ta'ala" tegas Tuan Guru sambil menghadapkan wajahnya kepada peserta pengajian.

Lalu Tuan Guru berkata "kita terlalu sibuk menyombongkan diri seakan-akan kita mampu menyelesaikan tiap masalah sendirian tanpa butuh kepada Allah, akhirnya kita sendiri yang menjadi repot".
"Bukannya masalah selesai malah masalah terus saja bertambah dan bertambah, masalah kantor, masalah rumah tangga, masalah ekonomi dan masalah-masalah lainnya" lanjut Tuan Guru.
"Malah parahnya sekarang ada masalah mengadu ke facebook, mengadu ke Whats App, Mengadu ke Twitter tapi tak pernah sekalipun mengangkat tangannya mengadu kepada Allah Tuhan Yang Maha Adil..lalu bagaimana masalahmu bisa selesai?" lanjut Tuan Guru sambil menatap para peserta pengajian yang terdiam seribu bahasa mendengar penjelasan Tuan Guru yang bijak.

Ayolah angkat tanganmu, adukan masalahmu kepada Allah Yang Maha Mendengar Keluhan hamba-hambanya....
Janganlah Sombong kepada-Nya....

Berceritalah kepada Allah tentang kesempitan hidupmu....
Curahkanlah keluh kesahmu kepada-Nya....
Laporkanlah semua masalah-masalahmu...
Keluarkanlah air matamu untuk-Nya...
Merengeklah kepada-Nya seperti anak kecil yang meminta di belikan mainan olah orang tuanya...

Bukankah Allah Pemilik Semua Jagat Raya Beserta Isinya?

Hingga sedikit demi sedikit Dialah Allah yang menjadi tempatmu bergantung dan mengharap....
Hingga akhirnya Dia Allah menjadi Andalanmu di kehidupan dunia ini dan akhirat kelak....

Wallahu A'lam

Disadur dari Cerita para Ulama.

22 July 2018

Tidak Ada Suatu Apapun yang Kebetulan di Dunia Ini, Segalanya Telah Diatur Oleh Yang Maha Kuasa

Ketika kita ditimpa musibah, bencana, atau keadaan yang sulit, banyak dari kita yang meratapi nasib dan menyalahkan Tuhan.

Kenapa harus saya yang mengalami ini? Kenapa bukan orang lain saja? Apa salah saya hingga Tuhan membiarkan saya mengalami musibah ini? Bagaimana bisa melanjutkan hidup dalam keadaan seperti ini? Mengapa hidup orang lain tampak begitu mulus dan mudah?  Ah, Tuhan tidak adil!

Depresi, kecewa, dan putus asa menghantui diri kita. Namun, jika mau berpikir kembali, bijaksanakah jika kita selalu menyalahkan keadaan? Apakah masalah akan selesai jika hanya menyalahkan keadaan?

Tidak ada suatu apapun yang kebetulan di dunia ini. Segalanya telah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Sekecil apapun kejadian itu, tentu merupakan kehendak-Nya. Tuhan selalu punya alasan mengapa Dia memberikan keadaan demikian kepada kita. Cermati, sesungguhnya Tuhan ingin Anda mempelajari hikmah dari kejadian tersebut.

Tuhan tidak akan memberi cobaan yang tidak bisa dilewati oleh hamba-Nya. Karena itu percayalah, Mengapa Tuhan memilih Anda untuk menjalani keadaan sulit yang Anda rasakan, adalah karena Tuhan tahu bahwa Anda mampu melewatinya. Jika orang lain yang mengalami apa yang Anda alami, belum tentu mereka bisa sekuat Anda saat ini.

Setiap kesukaran yang kita alami adalah semata-mata kesempatan untuk mengasah kita menjadi pribadi yang lebih kuat. Seorang sarjana bekerja sebagai pegawai kantoran dengan gaji tiga juta per bulan. Di lain pihak, seorang berijazah SMP mampu menghidupi keluarga lewat usaha tambak ikan dengan penghasilan berkali lipat. Ya, kesulitan memperoleh pekerjaan sering kali membuat kita berpikir lebih keras, bagaimana cara memperoleh uang. Jika setiap masalah kita hadapi dengan pikiran positif, tentu hasil yang positif juga akan kita dapatkan.

Hidup adalah untuk menyelesaikan masalah. Meski tampak bahagia di luar, setiap orang pasti memiliki masalah sendiri. Ada seorang gadis berparas cantik dari keluarga berkecukupan. Apapun yang ia inginkan hampir selalu didapatkannya. Ia memiliki kekasih yang tampan dan perhatian, di samping masih banyak pria lain yang juga memujanya. Bahagiakah hidupnya? Tidak! Kedua orang tuanya telah lama bercerai, jika bertemu pun sikapnya seperti kucing dan anjing. Masing-masing telah menikah lagi. Tak ingin memilih salah satu pihak, akhirnya si gadis dan adiknya yang masih SMA, memilih untuk tinggal berdua saja.

Coba Anda tengok orang-orang yang tampak bahagia. Pasti akan Anda temukan satu sisi yang membuat orang itu merasa hidupnya tidak sempurna. Begitu pun dengan diri Anda sendiri. Jika saat ini Anda merasa punya masalah, selesaikanlah dengan tawakal tanpa pernah mengeluh. Itulah ujian yang Tuhan berikan sesuai dengan porsi kemampuan Anda.


Kita Akan Menjadi Apa Yang Kita Percayai

Suatu ketika, di sebuah lereng, tersebutlah seonggok sarang Elang. Di dalamnya terdapat 6 butir telur yang sedang dierami induknya. Suatu hari, terjadi sebuah gempa kecil dan mengakibatkan sebutir telur mengelinding ke bawah. Namun, induk Elang tak mengetahui hal itu. Untung lah, telur itu kuat, sehingga kemudian benda itu malah masuk ke dalam sebuah sangkar ayam. Seekor induk ayam yang sedang mengeram, lalu malah memasukkan telur itu ke dalam buaian bersama telur-telur ayam lainnya.

Beberapa saat kemudian, menetas lah telur itu, dan keluarlah seekor anak Elang yang gagah. Namun, sayangnya, ia dilahirkan di tengah keluarga ayam. Lama kemudian Elang kecil itu, tumbuh bersama anak-anak ayam lainnya. Dan si Elang kecil itupun percaya bahwa ia adalah seekor anak ayam. Ia juga mencintai sangkar dan induk ayam, namun, ada keinginan lain di hati kecilnya.

Elang kecil itu, suatu ketika, melihat elang-elang besar yang sedang mengepakkan sayapnya yang indah di angkasa. Ia kagum sekali dengan kegagahan mereka.
"Oh," Elang kecil itu memekik.
"Andai saja, aku bisa terbang seperti burung-burung gagah itu." katanya sambil menatap langit.
Anak-anak ayam lain tertawa mencericit. "Ha ha ha... kamu tak akan bisa terbang bersama mereka," ujar seekor anak ayam.
"Kamu adalah ayam, dan ayam tak bisa terbang!" Hahahaha...
Tawa anak-anak ayam itu kembali memenuhi telinga si Elang kecil. "Oh, andai saja..." ujarnya pelan.
Elang kecil itu kembali menatap langit. Menatap keluarga yang sebenarnya di atas sana.

Setiap waktu, saat Elang itu mengungkapkan impiannya, ia selalu diberi nasehat, bahwa itu adalah hal yang mustahil yang bisa dilakukannya. Dan hal itulah yang terus dipelajari oleh si Elang, bahwa ia tak mungkin bisa terbang, dan mengepakkan sayapnya di angkasa. Lama kemudian, si Elang berhenti bermimpi, dan melanjutkan hidupnya sebagai ayam biasa. Akhirnya, setelah sekian lama hidup menderita, dikekang dengan semua impiannya, si Elang pun mati.

Ini adalah sebuah amsal yang baik tentang kehidupan. Ini, adalah sebuah permisalan yang indah tentang makna harapan dan impian-impian. Ada banyak sekali asa dan hasrat, yang akhirnya pupus, karena hilangnya rasa percaya dalam kalbu. Ada banyak sekali harapan-harapan yang hilang, hanya karena kita tak percaya dengan semua kemampuan yang kita miliki.

Mungkin, kita ini adalah Elang-Elang kecil, yang bisa jadi lahir dalam buaian ayam. Kita semua adalah manusia-manusia hebat, yang punya banyak potensi. Allah berikan banyak anugerah buat kita, namun seringkali rasa percaya diri itu begitu kecil, tak mampu membuat kita yakin bahwa kita mampu, bahwa kita bisa. Allah berikan banyak sekali rahmat, namun seringkali itu semua itu tak membuat kita makin bersyukur, dan mau menjadikannya sebagai pendorong dalam hati.

Kita akan menjadi apa yang kita percayai. Jadi, saat kita bermimpi untuk menjadi "elang", teruskan impian tadi, dan coba, abaikan dulu nasehat "ayam-ayam" itu. Karena siapa tahu, kita adalah calon "elang-elang" yang akan lahir dan mengepakkan sayap dengan indah di angkasa.

*******

Cerita di atas adalah hasil saduran dan kutipan dari berbagai tulisan baik media cetak maupun elektronik. Tulisan tersebut dimaksudkan untuk sharing motivasi, inspirasi, kisah hidup dan lain-lain.

Kisah Cerita Inspiratif dari CEO Google Sundar Pichai

Sundar Pichai sekarang menjabat sebagai CEO Google, dan mulai terkenal karena jabatannya tersebut. Pichai lahir di Tamil Nadu, India pada tahun 1972. Dia dikenal oleh karyawan Google sebagai seseorang yang selalu berhasil merealisasikan rencana menjadi kenyataan. Beberapa proyek yang sukses ditanganinya yakni browser Chrome dan Android.

Sundar Pichai memang dikenal sebagai orang yang ramah, cerdas, dan pekerja keras. Ada sebuah kisah inspiratif dari pidato Sundar Pichai kepada anak buahnya. Ia berpidato tentang kisah inspiratif dibalik kecoa yang menjijikkan.

Di sebuah restoran, seekor kecoa tiba-tiba terbang dari suatu tempat dan mendarat di seorang wanita. Dia mulai berteriak ketakutan. Dengan wajah yang panik dan suara gemetar, dia mulai melompat, dengan kedua tangannya berusaha keras untuk menyingkirkan kecoa tersebut.

Reaksinya menular, karena semua orang di kelompoknya juga menjadi panik. Wanita itu akhirnya berhasil mendorong kecoa tersebut pergi tapi … kecoa itu mendarat di pundak wanita lain dalam kelompok. Sekarang, giliran wanita lain dalam kelompok itu untuk melanjutkan drama.

Seorang pelayan wanita bergegas ke depan untuk menyelamatkan mereka. Dalam sesi saling lempar tersebut, kecoa berikutnya jatuh pada pelayan wanita. Pelayan wanita berdiri kokoh, menenangkan diri dan mengamati perilaku kecoa di kemejanya. Ketika dia cukup percaya diri, ia meraih kecoa itu dengan jari-jarinya dan melemparkan nya keluar dari restoran.

Pichai menyeruput kopi dan menonton hiburan itu, antena pikirannya mengambil beberapa pemikiran dan mulai bertanya-tanya, apakah kecoa yang bertanggung jawab untuk perilaku heboh mereka?

Jika demikian, maka mengapa pelayan wanita tidak terganggu?  Dia menangani peristiwa tersebut dengan mendekati sempurna, tanpa kekacauan apapun.

So, para hadirin.. CEO dari India ini kemudian bertanya. “Lalu apa yang bisa saya dapat dari kejadian tadi?”

Ia melanjutkan pidatonya. “Dari tempat saya duduk, saya berpikir.. Kenapa 2 wanita karir itu panik, sementara wanita pelayan itu bisa dengan tenang mengusir kecoa?

Berarti jelas bukan karena kecoanya, tapi karena respon yang diberikan itulah yang menentukan. Ketidakmampuan kedua wanita karir dalam menghadapi kecoa itulah yang membuat suasana cafe jadi kacau.

Kecoa memang menjijikkan, tapi ia akan tetap seperti itu selamanya. Tak bisa kau ubah kecoa menjadi lucu dan menggemaskan.

Begitupun juga dengan masalah. Macet di jalanan, atau istri yang cerewet, teman yang berkhianat, bos yang sok kuasa, bawahan yang tidak penurut, target yang besar, deadline yang ketat, customer yang demanding, tetangga yang mengganggu, dan sebagainya. Sampai kapanpun semua itu tidak akan pernah menyenangkan.

Tapi bukan itu yang membuat semuanya kacau. Ketidakmampuan kita untuk menghadapi yang membuatnya demikian.

Yang mengganggu wanita itu bukanlah kecoa, tetapi ketidakmampuan wanita itu untuk mengatasi gangguan yang disebabkan oleh kecoa tersebut.

Di situ saya menyadari bahwa, bukanlah teriakan ayah saya atau atasan saya atau istri saya yang mengganggu saya, tapi ketidakmampuan saya untuk menangani gangguan yang disebabkan oleh teriakan merekalah yang mengganggu.

Reaksi saya terhadap masalah itulah yang sebenarnya lebih menciptakan kekacauan dalam hidup saya, melebihi dari masalah itu sendiri.


******

Hikmah dibalik kisah diatas :

Para wanita bereaksi, sedangkan pelayan merespon. Reaksi selalu naluriah sedangkan respon selalu dipikirkan baik-baik. Sebuah cara yang indah untuk memahami hidup. Orang yang bahagia bukan karena semuanya berjalan dengan benar dalam kehidupannya. Dia bahagia karena sikapnya dalam menanggapi segala sesuatu di kehidupannya benar!

Itulah kira-kira hikmah yang dapat diambil dari sebuah kisah inspiratif dari pidato CEO Google, Sundar Pichai. "Masalah adalah sebuah masalah, respon kita lah yang akan menentukan bagaimana akhir dari sebuah masalah".

3 Cerita Inspiratif yang Akan Menyentuh Hati

1. Batu, kerikil, dan pasir Pada awal kelas filsafat di sebuah universitas, profesor berdiri dengan beberapa item yang terlihat berbahaya di mejanya. Yaitu sebuah toples mayonaisse kosong, beberapa batu, beberapa kerikil, dan pasir. Mahasiswa memandang benda-benda tersebut dengan penasaran. Mereka bertanya-tanya, apa yang ingin profesor itu lakukan dan mencoba untuk menebak demonstrasi apa yang akan terjadi.
Tanpa mengucapkan sepatah kata apapun, profesor mulai meletakkan batu-batu kecil ke dalam toples mayonaisse satu per satu. Para siswa pun bingung, namun profesor tidak memberikan penjelasan terlebih dahulu. Setelah batu-batu itu sampai ke leher tabung, profesor berbicara untuk pertama kalinya hari itu. Dia bertanya kepada siswa apakah mereka pikir toples itu sudah penuh. Para siswa sepakat bahwa toples tersebut sudah penuh.
Profesor itu lalu mengambil kerikil di atas meja dan perlahan menuangkan kerikil tersebut ke dalam toples. Kerikil kecil tersebut menemukan celah di antara batu-batu besar. Profesor itu kemudian mengguncang ringan toples tersebut untuk memungkinkan kerikil menetap pada celah yang terdapat di dalam stoples. Ia kemudian kembali bertanya kepada siswa apakah toples itu sudah penuh, dan mahasiswa kembali sepakat bahwa toples tersebut sudah penuh.
Para siswa sekarang tahu apa yang akan profesor lakukan selanjutnya, tapi mereka masih tidak mengerti mengapa profesor melakukannya. Profesor itu mengambil pasir dan menuangkannya ke dalam toples mayones. Pasir, seperti yang diharapkan, mengisi setiap ruang yang tersisa dalam stoples. Profesor untuk terakhir kalinya bertanya pada murid-muridnya, apakah toples itu sudah penuh, dan jawabannya adalah sekali lagi : YA.
Profesor itu kemudian menjelaskan bahwa toples mayones adalah analogi untuk kehidupan. Dia menyamakan batu dengan hal yang paling penting dalam hidup, yaitu : Kesehatan, pasangan anda, anak-anak anda, dan semua hal yang membuat hidup yang lengkap.
Dia kemudian membandingkan kerikil untuk hal-hal yang membuat hidup anda nyaman seperti pekerjaan anda, rumah anda, dan mobil anda. Akhirnya, ia menjelaskan pasir adalah hal-hal kecil yang tidak terlalu penting di dalam hidup anda.
Profesor menjelaskan, menempatkan pasir terlebih dahulu di toples akan menyebabkan tidak ada ruang untuk batu atau kerikil. Demikian pula, mengacaukan hidup anda dengan hal-hal kecil akan menyebabkan anda tidak memiliki ruang untuk hal-hal besar yang benar-benar berharga.
Pesan Moral : Perhatikan segala sesuatu yang penting demi kehidupan yang penuh dengan kebahagiaan. Luangkan waktu untuk bersama dengan anak-anak dan pasangan anda. Selesaikan pekerjaan anda ketika anda berada di kantor, jangan saat anda sedang berkumpul dengan keluarga. Dendam terhadap seseorang tidak akan bermanfaat untuk anda. Dapatkan prioritas anda sekarang dan bedakan antara batu, kerikil, dan pasir.
2. Ibu Dengan Satu Mata
Ibuku hanya memiliki satu mata. Ketika aku tumbuh dewasa, aku membencinya karena hal itu. Aku benci perhatian tak diundang yang aku dapatkan ketika berada di sekolah. Aku benci bagaimana anak-anak lain menatapnya dan memalingkan muka dengan jijik. Ibuku bekerja dengan dua pekerjaan untuk menafkahi keluarga, tetapi aku justru malu dengan keadaannya dan tidak ingin terlihat sedang bersamanya.
Setiap kali ibu saya datang untuk mengunjungi saya di sekolah, rasanya aku ingin dia menghilang. Aku merasakan gelombang kebencian terhadap wanita yang membuat saya menjadi bahan tertawaan sekolah. Pada suatu waktu, ketika aku ingin meluapkan kemarahan ekstrim, aku bahkan pernah mengatakan kepada ibu saya bahwa saya ingin dia mati. Aku benar-benar tidak peduli tentang perasaannya.
Setelah aku tumbuh dewasa, aku melakukan apapun sekuat tenaga untuk menjauhkan diri dari ibuku. Aku belajar dengan keras dan mendapat pekerjaan di luar negeri, jadi aku tidak akan bertemu dengannya. Aku menikah dan mulai membesarkan keluargaku sendiri. Aku sibuk dengan pekerjaan dan keluarga, demi menyediakan kehidupan yang nyaman untuk anak-anakku tercinta. Aku bahkan tidak memikirkan ibuku lagi.
Namun tidak disangka, ibuku datang untuk mengunjungi rumahku pada suatu hari. Wajah bermata satunya membuat anak-anak saya takut, dan mereka mulai menangis. Aku marah pada ibuku karena muncul mendadak dan saya melarang dia masuk. Kemudian aku berkata : “Jangan pernah kembali ke rumah saya dan kehidupan keluarga baru saya..!”. Aku berteriak, tapi ibu saya hanya diam dan meminta maaf, lalu pergi tanpa mampu berkata-kata lagi.
Pada suatu ketika, sebuah undangan untuk reuni sekolah tinggi membawa aku kembali ke kampung halaman setelah puluhan tahun lamanya. Aku tidak bisa menolak berkendara melewati rumah masa kecilku dan mampir ke gubuk tua tersebut. Tetangga saya mengatakan kepadaku bahwa ibuku sudah meninggal dan meninggalkan surat untukku.
Beginilah isi surat ibu :
“Anakku sayang :
Ibu harus memulai surat ini dengan meminta maaf karena telah mengunjungi rumahmu tanpa pemberitahuan dan menakuti anak-anakmu yang cantik. Ibu juga sangat menyesal karena ibu adalah wanita yang memalukan dan sumber penghinaan bagimu, ketika kamu masih kecil sampai tumbuh dewasa.
Ibu sudah mengetahui bahwa kamu pasti akan datang kembali ke kota ini untuk reuni sekolah. Ibu mungkin tidak lagi berada di tempat ini ketika nanti kamu datang, dan ibu pikir itu adalah waktu yang  tepat untuk memberitahumu sebuah insiden yang terjadi ketika kamu masih kecil. 
Tahukah kamu, anakku sayang? Kamu mengalami sebuah kecelakaan dan kehilangan satu mata. Ibu sangat terpukul karena terus memikirkan bagaimana nasib anakku apabila anak ibu tercinta tumbuh hanya dengan satu mata. Ibu ingin kamu dapat melihat dunia yang indah dengan sempurna, jadi ibu memberikan padamu sebelah mata ibu.
Anakku sayang, ibu selalu memilikimu dan akan selalu mencintaimu dari lubuk hati ibu yang terdalam. Ibu tidak pernah menyesali keputusan ibu untuk memberikan mata ibu. Dan ibu merasa tenang ketika ibu mampu memberikan kamu kemampuan untuk menikmati hidup yang lengkap.
Dari : Ibumu tersayang.”
Setelah membaca surat dari ibu, air mataku menetes. Aku sangat menyesal. Diriku selalu menyalahkan diriku sendiri, mengapa dulu aku tidak pernah sedikitpun bersikap baik pada ibu. Aku bahkan tega menghilangkan dirinya dari kehidupanku, padahal ibu selalu ada untuk membantuku.
Pesan Moral : Jangan pernah anda menyakiti perasaan orang tua. Karena anda tidak pernah tahu apa saja yang telah dilakukan oleh orang tua anda sehingga anda bisa menjadi seperti sekarang. Dan anda tidak akan pernah tahu kapan orang yang anda sayangi akan meninggalkan anda untuk selama-lamanya.
3. Catatan Penyelesaian
Untuk membiayai pendidikannya, seorang anak miskin menjual barang dari pintu ke pintu. Suatu hari, anak laki-laki ini benar-benar lapar tapi tidak punya uang untuk membeli makanan. Dia memutuskan untuk meminta sesuatu untuk dimakan ketika ia mengetuk pintu di rumah berikutnya.
Seorang wanita muda yang cantik membuka pintu tersebut, dan anak itu kehilangan keberaniannya. Akhirnya dia hanya meminta untuk diberi segelas air, ia terlalu malu untuk meminta makanan. Wanita muda tersebut membawakannya segelas susu, yang segera diminum dengan rakus oleh anak itu.
Anak itu bertanya berapa banyak dia berhutang. Tetapi wanita tersebut hanya tersenyum dan berkata bahwa ibunya telah mengajarinya untuk bersikap baik kepada orang lain. Dan ia tidak pernah mengharapkan imbalan apapun.
Anak itu meninggalkan rumah wanita tersebut dengan perut penuh dan hati yang penuh kekuatan baru untuk terus melanjutkan pendidikan dan terus bekerja keras. Namun setiap kali ia merasa ingin berhenti, ia teringat pada wanita itu. Seseorang yang telah menanamkan keyakinan baru dan ketabahan di dalam dirinya.
Bertahun-tahun kemudian, di sebuah kota besar, seorang ahli bedah ternama Dr. Howard Kelly dipanggil untuk berkonsultasi dengan seorang wanita paruh baya yang menderita penyakit langka. Ketika wanita tersebut mengatakan kepadanya nama kota kecil di mana dia tinggal, Dr. Kelly merasa memori samar muncul dalam pikirannya. Kemudian, secara tiba-tiba Dokter itu tersadar. Dia adalah wanita yang telah memberinya segelas susu bertahun-tahun yang lalu.
Kemudian dokter melanjutkan konsultasi dengan menyediakan wanita itu perawatan yang terbaik dan memastikan dia mendapatkan perhatian khusus. Bahkan, ia mengerahkan seluruh kemampuannya sebagai seorang dokter untuk menyelamatkan hidup wanita tersebut.
Setelah lama dirawat di rumah sakit dengan melalui berbagai perawatan, wanita itu akhirnya siap untuk kembali ke rumah. Wanita itu sangat khawatir karena akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan pembayaran biaya perawatannya selama di rumah sakit. Penyakit serius yang dideritanya dan lamanya ia tinggal di rumah sakit telah menghasilkan tagihan yang cukup besar. Namun, ketika dia menerima surat tagihan, ia menemukan bahwa Dr. Kelly telah membayar seluruh tagihannya dan menulis catatan kecil untuknya.
Dr. Kelly menulis catatan seperti ini : “Sudah dibayar lunas dengan segelas susu”.
Pesan Moral : Teruslah berbuat kebaikan di dalam hidup anda. Bantulah orang lain walaupun anda hanya dapat memberikan bantuan kecil. Karena bantuan kecil yang anda berikan sangat berarti bagi orang lain. Percayalah, ketika suatu saat anda mengalami kesulitan, akan datang bantuan dari orang lain. Itulah balasan dari bantuan kecil yang anda berikan di masa lalu.

16 July 2018

Filosofi Lebah Yang Patut Dipelajari

Lebah adalah binatang kecil yang sangat istimewa.
Lebah diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa banyak memberi manfaat bagi manusia. Di antara manfaatnya adalah madu. Tak hanya itu, perilaku hewan kecil ini harusnya menjadi cerminan akhlak bagi manusia sejati.
Perhatikanlah kehidupannya. Ada banyak manfaat yang bisa diambil hikmahnya dari lebah.
Pertama, lebah hanya menghisap saripati bunga.
Ia hanya mengambil yang inti dan membiarkan yang lain. Lebah tahu, yang menjadi kebutuhannya hanyalah saripati, bukan yang lainnya. Ini mengajarkan bahwa setiap manusia harus mengambil sesuatu yang baik dan halal. Sebab, mengambil hak yang lain hukumnya adalah haram.
Kedua, lebah menghasilkan madu.
Ia memberi manfaat bagi manusia. Ini pelajaran bagi kita semua. Madu berasal dari saripati bunga dan baik, maka keluarnya pun baik. Sesuatu yang halal, keluarnya halal pula. Dan, ia banyak memberi manfaat bagi orang lain.
Ketiga, lebah tidak merusak.
Di mana pun dia hinggap, tak ada tangkai daun ataupun ranting pohon yang patah. Betapa santunnya hewan kecil ini hingga dalam bergaul dia tidak menyakiti siapa pun dan senantiasa menjaga kedamaian dalam setiap suasana. Lebah senantiasa memegang prinsip ketenteraman dalam pergaulan.
Keempat, lebah punya harga diri.
Ia tidak akan pernah mengganggu orang lain selama kehormatan dan harga dirinya dihormati. Namun, bila harga dirinya dizalimi, ia akan siap ‘menyengat’ pengganggunya. Karena itu, setiap manusia harus mampu menjaga kehormatan dirinya.
Sudah sepatutnya kita belajar ilmu dari lebah. Bukan karena fisik dan pesonanya yang kurang menarik, tapi karena komitmennya dalam bersikap dan berbuat. Manusia memiliki kemuliaan dari makhluk lain. Namun, tingkah laku dan kehormatan manusia bisa lebih hina dari binatang.
Tuhan telah memberikan pelajaran bagi manusia untuk mengambil hikmah dari lebah. Ia makhluk kecil yang memberikan manfaat sangat besar bagi manusia.